Puisi-puisi
CAUTION!! jangan terlalu baper agar tidak menyebabkan luka-luka ringan, kerapuhan, panuan, dan kecacatan pada relung hati. Anyway, ini dia kumpulan puisi yang saya buat sendiri dengan sepenuh hati, jiwa, raga dan keringat perjuangan untuk para pembaca dan beberapa puisi dari sastrawan yang sangat saya kagumi.
Dum dum dumm~ demikian puisi-puisi yang sudah saya buat dan beberapa puisi sastrwan yang saya kagumi, i hope you guys like it! ♥
"Aku Berharap"
Aku berharap, semua pulih kembali
Aku berharap, bintang malam ini mengerti kusutan tali pikirku
Aku berharap, cinta bukanlah suatu duri yang tenggelam dalam dagingku lagi
Aku berharap, bulan menyelimuti dinginnya hatiku ini
Aku berharap, harapanku semua ini terwujud menjadi fakta
(Bvanmic)
"Jerit Biru"
Tak terasa roda mulai berputar
Aku ingin putar waktu!
Seketika mulai terasa berbeda
Bertolak belakang
Kenapa semua bisu?
Langit, dapatkah kau beri jawab?
Yang tadinya terasa hangat, mulai bersalju
Kediamannya menusukku, perlahan berbisik "selamat tinggal"
Pilu tak kunjung reda bagai badai dalam hatiku
Tulang-tulang terasa kering
Tolong! Tolong! Tolong!
(Bvanmic)
"Gelisah"
Kapan jalur ini berakhir?
Tik..Tok..Tik..Tok..
Dentuman waktu mulai bergema
Dagingku menolak lingkungan
Jiwaku tak tenang
Kusadari tanganku mulai berkeringat
Seutas keinginan tuk keluar dari pintu tak pasti ini
Ah, gelisah
(Bvanmic)
"Tanggung Jawab Sebagai Manusia"
Ada yang sempat yang tak tergambarkan
Tetapi kuat dampaknya
Tak aku lupakan tuk meletakan lututku pada bumi
Sembari menghaturkan harapan dan pengakuan kepada yang Kuasa
Tak aku lupakan secarik harapanMu sebelum aku datang di dunia
Agar perbuat hal yang baik dan berkenan di matamu
Siapakah aku ini Tuhan?
Sehingga Kau menganggap aku sebagai biji mataMu
Patutkah aku meninggalkan tanggung jawabku sebagai manusia?
(Bvanmic)
"Aku Ingin"
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
Kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
Kepada hujan yang menjadikannya tiada
(Sapardi Djoko Damono)
"Rumahku"
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala nampak
Kulari dari gedong lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan
Kemah kudirikan ketika senjakala
Di pagi terbang entah ke mana
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Disini aku berbini dan beranak
Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagi yang satu
(Chairil Anwar)
"Aku Tulis Pamflet ini"
Menjadi marabahaya,
Menjadi isi kebon
binatang
Apabila kritik
hanya boleh lewat saluran resmi,
Maka hidup akan
menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat
umum tidak mengandung pertanyaan
Tidak mengandung
perdebatan
Dan akhirnya
menjadi monopoli kekuasaan
Aku tulis pamflet
ini
Karena pamflet
bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan
merpati pos
Aku ingin memainkan
bendera-bendera semaphore di tanganku
Aku ingin membuat
isyarat asap kaum Indian
Aku tidak melihat
alasan
Kenapa harus diam
tertekan dan termangu
Aku ingin secara
wajar kita bertukar kabar
Duduk berdebat
menyatakan setuju dan tidak setuju
Kenapa ketakutan
menjadi tabir pikiran?
Kekhawatiran telah
mencemarkan kehidupan
Ketegangan telah
mengganti pergaulan pikiran yang merdeka
Matahari menyinari
airmata yang berderai menjadi api
Rembulan memberi
mimpi pada dendam
Gelombang angin
menyingkirkan keluh kesah
Yang teronggok
bagai sampah
Kegamangan.
Kecurigaan
Ketakutan
Kelesuan
Aku tulis pamflet
ini
Karena kawan dan
lawan adalah saudara
Di dalam alam masih
ada cahaya
Matahari yang
tenggelam diganti rembulan
Lalu besok pagi
pasti terbit kembali
Dan di dalam air
lumpur kehidupan,
Aku melihat bagai
terkaca: ternyata kita, toh, manusia!
(Chairil Anwar)
Komentar
Posting Komentar